A. Pengertian Musik Tradisional Nusantara
Musik
tradisional Nusantara adalah musik yang berkembang di seluruh
wilayah kepulauan dan merupakan
kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Musik ini
tersebar hampir di seluruh pelosok negeri dan setiap daerah mempunyai ciri khas
yang berbeda. Musik Nusantara lahir, tumbuh, dan berkembang di seluruh wilayah
Nusantara. Musik Nusantara juga mengalami pasang surut seirama dengan budaya
setempat. Pasang surut musik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
1.
Musik tradisional Nusantara tumbuh dan berkembang di daerah setempat sehingga
bahasa yang digunakan juga berasal dari daerah tersebut. Oleh karena itu, orang
luar daerah kesulitan untuk memahami isi syairnya.
2.
Daerah lain merasa tidak memiliki musik Nusantara, melainkan musik tersebut
hanya dimiliki masyarakat daerah setempat.
3.
Musik Nusantara berkembang atau tumbuh seirama dengan konteks sosial budaya
setempat.
Penyebab
musik Nusantara di Indonesia tidak merata karena masyarakat setempat kurang
mendukung atau merespons musik yang ada. Akibatnya, musik daerah kurang populer
di berbagai wilayah kepulauan.
B.Jenis Musik Tradisional Nusantara dan
Keunikannya
Musik
tradisional Nusantara selain merupakan kekayaan bangsa, juga menunjukkan identitas
suatu daerah. Di bawah ini akan dijelaskan tentang ragam musik Nusantara yang
berada di Indonesia agar kalian lebih memahaminya.
1. Musik Nusantara Daerah Aceh
|
Contoh alat musik Aceh |
Nanggroe
Aceh Darussalam disebut juga ”Serambi Mekah” sehingga tidak mengherankan jika musik daerah Aceh
mendapat pengaruh banyak dari Islam, baik syair lagu yang dilantunkan maupun
jenis alat musik yang digunakan. Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah agama
Islam yang masuk ke Nanggroe Aceh Darussalam. Jenis alat
musik yang digunakan sebagian berbentuk rebana (terbang)dengan berbagai ukuran, di antaranya canangtring, rebana,gambus, marwas, harubab, gendang
(gedumba) serta seruling (bangsi atau serunai).
Fungsi alat musik seruling sebagai melodi lagu,
sedangkan alat musik yang lain sebagai ritmis
lagu. Lagu dari Aceh contohnya, Piso Surit dan Bungong
Jeumpa. Bahasa yang digunakan, yaitu bahasa
Aceh, Alas, dan Gayo.
2. Musik Nusantara Daerah
Sumatra Utara
Musik
daerah Sumatera Utara banyak dipengaruhi oleh musik gereja. Musik daerah ini ada
dua macam, yaitu tata ganing dan gondang.
a. Tata Ganing atau Gondang
Alat
musik ini menggunakan tangga nada diatonis. Alat musik yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1) Gerantung,
yaitu alat musik pukul semacam gambang;
2) Tanggelong atau
nungneng, yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari tali atau dawai, tetapi cara memainkanya
dengan cara dipukulkan pada suatu benda.
3) Suling dengan berbagai macam nama,
seperti salodap, salonat, sordam, dan tarafait.
4) Gong.
5) Arbab, hasapi, hapetan, dan kulcapi.
Lagu-lagu
yang terkenal, di antaranya Anju
Au, Butet, Dago Inang Sage, Liso, Madedek Magambiri, Mariam Tomong, Rambadia,
Sengko-Sengko, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, dan Setara Tilo.
b. Gondang
|
Musik Gondang |
Gondang
adalah musik berbentuk ensambel gendang (drum ensamble)
yang merupakan ciri umum musik di daerah
ini. Ensambel yang dimaksud adalah ensambel musik orang Mandailing,
subetnis Batak yang mempunyai daerah paling luas
di sebelah selatan provinsi Sumatera Utara. Daerah
ini bersebelahan dengan wilayah budaya
Minangkabau di Sumatera Barat. Alat musik yang dipakai dalam ensambel
gordang sambilan terdiri atas
1) sembilan buah gendang besar (gondang) yang memiliki perbedaan ukuran antara satu
dengan yang lainnya;
2) sekelompok gong berukuran kecil
sampai dengan ukuran besar;
3) sepasang simbal.
3. Musik
Nusantara Daerah Nias
Musik
daerah Nias terdiri atas empat atau tiga nada dalam satu oktaf. Jenis musik ini
sekarang sukar ditemukan di daerah ini. Jenis alat musiknya, antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Gong dengan berbagai ukuran. Gong
ukuran besar disebut gong, sedangkan gong ukuran kecil disebut faritia atau
saraina.
b. Lagiya adalah semacam rebab.
c. Koko adalah semacam celempung atau
kecapi.
d. Gendang yang panjangnya tiga meter
dengan nama tamburu, gendera, cucu, fodrahi, dan tabunara.
e. Garfutala adalah bambu yang disebut
drudirana.
f. Suling yang disebut dengan istilah sigu mbawa atau surune mbawa.
4. Musik
Nusantara Daerah Sumatra Barat (Minangkabau)
Musik
daerah Minangkabau dikenal dengan istilah talempong. Alat musik
talempong sudah lama dikenal. Bahkan,
alat ini menujukkan identitas daerah
setempat. Memainkan alat musik talempong
dapat dilakukan dua cara.
Cara
pertama, yaitu talempong diletakkan di atas
standar yang tersusun rapi
serta berukuran rendah sehingga dapat
dimainkan sambil bersimpuh di atas tikar.
Talempong jenis ini disebut talempong duduk. Zaman dahulu, talempong duduk
selalu berada di setiap rumah gadang
(rumah adat) yang dimainkan oleh anak
|
Musik Tel |
gadis sebagai pengisi waktu senggang. Akan
tetapi, sekarang talempong duduk sudah jarang ditemukan. Talempong duduk
hanya terdapat di daerah pinggiran, seperti desa sekitar Talang Maun,
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Cara
kedua disebut dengan istilah talempong pacik yang dimainkan dengan dijinjing ibu
jari. Talempong ini bisa dimainkan sambil duduk,
berdiri, atau
sambil berjalan. Pada umumnya yang
memainkan alat musik ini adalah kaum pria baik tua
maupun muda.
Jenis
alat musik yang digunakannya adalah sebagai berikut.
a. Alat musik tiup, terdiri atas
saluang, bansi, serunai, puput batang padi, puput
tanduk, dan suling.
b. Alat musik perkusi (dipukul), terdiri
atas gendang dol (gendang besar), ketipung, rebana,
gendang sedang, talempong, dan gong atau
canaung.
c. Alat musik Barat sebagai musik
pendukung, di antaranya gitar, trompet, dan biola.
Di
daerah Minangkabau, musik talempong tetap bertahan secara murni sebagai
warisan nenek moyang. Tema lagunya diangkat dari peri
kehidupan masyarakat. Musik talempong sebagai seni
tradisi memiliki dua macam tangga nada yang dinotasikan, yaitu 5- 6 -1-2-3 dan
1-2-3-4-5
5. Musik Nusantara Daerah
Jakarta
Musik
Nusantara daerah Jakarta (Betawi), yaitu gambang kromong, gamelan ajeng,
marawis, keroncong tugu, dan tanjidor.
a. Gambang Kromong
Gambang
kromong adalah musik khas Betawi (orang asli Jakarta) yang
memadukan alat musik gamelan dengan alat
musik Barat, yaitu Cina. Musik
gambang kromong hampir tidak pernah
absen dalam berbagai kesempatan
pertunjukan, terutama pada acara-acara
budaya yang bernuansa Betawi
|
Sebagian alat musik yang digunakan dalam gambang Kromong |
dan festival-festival. Jenis musik ini
merupakan pembaruan yang harmonis
antara pribumi dan Cina. Hal ini tampak
sekali pada alat-alat musik yang digunakannya. Alat-alat musiknya, antara
lain sebagai berikut.
1) Gambang, alat musik yang mempunyai
sumber suara sebanyak 18 buah bilah. Alat musik ini terbuat dari kayu,
berasal dari Jawa dan Sunda.
2) Teh Yan, semacam rebab berukuran
kecil berasal dari Cina.
3) Kong An Yan, semacam rebab berukuran
sedang berasal dari Cina.
4) Kemong, semacam gong kecil yang
berasal dari
Jawa dan Sunda.
5) Kromong, alat musik dari gamelan Jawa
dan
Sunda yang terdiri atas 10 buah sumber
suara
berbentuk seperti mangkuk.
6) Kecrek, beberapa bilah perunggu yang
diberi
landasan kayu untuk dipukul sehingga
berbunyi
crek-crek. Fungsinya untuk memberi tanda
akan dimulai atau diakhiri oleh seorang
pemimpin musik.
7) Shu Kong, semacam rebab berukuran
besar dari Cina.
8) Gendang, semacam tambur dengan dua
permukaan, juga merupakan perangkat gamelan Jawa, Sunda, dan Bali yang fungsinya untuk
memainkan irama.
b. Tanjidor
Tanjidor
adalah sejenis orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat-alat musik Barat,
terutama alat musik tiup. Orkes ini muncul pada
abad ke-18.
Valckenier seorang gubernur jenderal Belanda pada saat itu mempunyai rombongan yang
terdiri 15 orang pemain alat musik tiup, pemain
gamelan, pesuling Cina, dan pemain tambur dari
Turki. Saat itu, orkes pimpinannya disebut Slaven. Slaven adalah orkes yang menjadi cikal bakal musik
tanjidor. Pada umumnya, alat-alat musik pada tanjidor,
antara lain alat musik tiup (cornet a piston), trombon, tenor,
klarinet, bas, dan dilengkapi dengan
alat musik membran yang biasa disebut tambur atau
genderang. Musik ini biasanya untuk mengiringi
pawai atau arakarakan
pengantin. Lagu-lagu yang biasa
dimainkan seperti Jali-Jali, Surilang, Cente
Manis, dan Merpati Putih.
c. Gamelan Ajeng
|
Gamelan Ajeng |
Gamelan
ajeng diperkirakan berasal dari Pasundan, kemudian musik
tersebut berkembang di wilayah budaya
Betawi. Akibatnya, gamelan ajeng
ini berbeda dengan gamelan ajeng Sunda. Perbedaannya
terletak pada reportoar.
Gamelan
ajeng selain mendapat pengaruh Sunda, juga mendapat pengaruh Bali. Pada
awalnya, gamelan ini bersifat sebagai musik upacara. Namun, dalam
perkembangannya, gamelan ajeng biasa digunakan untuk mengiringi tarian yang
disebut tari Balenggo Ajeng atau tari Topeng Gong sebagai pengiring wayang
kulit atau wayang orang Betawi serta acara keluarga. Alat musik gamelan ajeng
terdiri atas sebuah kromong, sepuluh pencon, gendang (terdiri atas dua buah
gendang besar dan dua buah gendang kecil), sebuah kecrek, dan kadang-kadang
juga yang menggunakan dua buah gong yang masing-masing disebut gong aki dan
gong perempuan.
Dahulu, gamelan ajeng dianggap sakral.
Oleh karena itu, gamelan ajeng hanya
dimainkan pada saat acara pernikahan. Gamelan ajeng
dilambangkan
dengan dua gong besar yang disebut gong
lanang dan gong wadon. Gamelan ajeng memiliki
kekhususan, hanya ditabuh di beberapa tempat
tertentu, yaitu pajengan, sebuah panggung setinggi dua
meter. Jenis gamelan ini masih ada di beberapa
tempat, seperti Ciputat, Depok, dan Bogor. Di daerah
itu, gemelan ajeng sering dinamakan gamelan gong atau
gong saja.
d. Musik Marawis
|
Musik Marawis |
Musik
marawis adalah satu jenis ”band tepok” dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Nama marawis diambil
dari nama alat musik yang digunakan kesenian ini. Alat musik
tersebut ada tiga jenis.
1) Perkusi rebana atau gendang ukuran
kecil yang garis tengahnya 10 cm, tinggi 17 cm, dan kedua gendangnya
tertutup. Inilah yang disebut marawis (paling sedikit digunakan empat
buah).
2) Perkusi besar, tinggi 50 cm, garis
tengah 10 cm yang disebut ”hadir” dengan kedua gendangnya tertutup.
3) Papan tepok.
Kadang
kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau kecrek. Lagu-lagu yang dibawakan
biasanya berirama gambus atau padang pasir. Lagu yang
dinyanyikan
diiringi oleh jenis pukulan tertentu.
Ada tiga jenis pukulan, yaitu zapin, sarah, dan zaefah.
Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat
pentas di
panggung, seperti labu berbalas pantun.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Adapun
pukulan zahefah untuk mengiringi lagu-lagu di majlas.
Musik
marawis itu cukup unik, pemainnya bersifat turun-temurun. Pemain musik tersebut
terdiri atas sepuluh orang yang sebagian besar
masih dalam
kaitan darah, misalnya kakek, cucu, dan
keponakan. Musik marawis sering juga ditampilkan
pada acara hajatan seperti sunatan dan pesta
perkawinan.
6. Musik Nusantara Daerah
Jawa Barat
Di
Jawa Barat terdapat beberapa musik Nusantara yang tumbuh dan mempunyai ciri
khas tersendiri. Keanekaragaman itu dapat dilihat dari instrumen atau alat
musik yang digunakan. Musik Nusantara yang tumbuh di Jawa Barat di antaranya
gamelan degung, calung, angklung, tarling, arumba, gendhing cianjuran, kliningan atau klenengan,
dan celempungan.
a. Calung
Calung
adalah seperangkat alat musik daerah Jawa Barat yang terbuat
dari bambu. Teknik permainannya dengan
cara dipukul. Alat musik calung
makin lama makin berkembang seirama
dengan perkembangan tradisinya.
Calung berkembang menjadi berbagai
macam, misalnya calung gambang,
calung gamelan, dan calung jingjing. Calung gamelan adalah jenis calung
yang ditata menggunakan semacam jagrak yang mirip gamelan di Jawa
Tengah. Calung gamelan, terdiri atas
calung melodi, ritme, dan bas gembong
atau gong. Teknik memainkannya sambil
duduk. Calung jingjing adalah
bentuk calung yang dijingjing atau dapat dibawa ke mana-mana. Pemain
calung jingjing sambil
bermain mereka juga menyanyi dan menari seirama
alunan musik yang dilantunkan.
Tangga
nada yang dipakai adalah tangga nada pentatonis yang berlaras slendro dan
berkembang ke laras pelog. Awal mula musik calung adalah berasal dari seorang
anak yang mengusir burung di sawah. Anak tersebut menggunakan belahan bambu
yang disebut kekeprak untuk mengusir burung. Akhirnya, potongan kekeprak ini
yang menjadi awal alat musik calung.
b. Angklung
Alat
musik angklung terbuat dari potongan bambu. Cara memainkannya
adalah digoyang. Saat itu, angklung
hampir punah karena hanya dimainkan
oleh orang yang minta sedekah sambil
berkeliling. Angklung pada zaman
dahulu hanya dimainkan di kalangan
rakyat pada upacara adat. Akhirnya,
oleh Daeng Sutisna, musik angklung
dikenalkan kepada masyarakat luas
dan diangkat menjadi musik masyarakat.
Berkat kerja keras Daeng Sutisna,
musik angklung dapat terkenal di seluruh
pelosok negeri, bahkan sampai
ke mancanegara. Kini musik angklung
tidaklah dianggap sebagai musik
pengemis lagi. Semula musik angklung
bertangga nada pentatonis, tetapi oleh
Daeng Sutisna dibuat menjadi tangga nada
diatonis agar mudah dimainkan
dan dinikmati oleh umum. Bahkan,
sekarang kita dapat menyanyikan lagu apa saja dengan
diiringi alat musik angklung.
c. Arumba
Arumba
adalah singkatan dari alunan rumpun bambu. Jadi, seluruh jenis alat musik
ini terdiri atas potongan bambu. Permainan
arumba adalah permainan angklung yang
dilengkapi dengan susunan bambu mirip gambang atau saron
yang dibunyikan dengan cara dipukul.
Musik arumba tidak hanya mengiringi lagu-lagu
daerah setempat, namun lagu-lagu umum pun dapat
dimainkan. Tokoh musik arumba, antara lain Yos Rosadi, Rahmat, Bill Saragih, dan
Sukardi.
d. Gending Cianjuran
Gending
Cianjuran adalah jenis musik yang menonjolkan vokal khas Cianjuran (salah satu kabupaten di Jawa
Barat). Musik ini digunakan untuk sarana hiburan para bangsawan Sunda.
Alat musik gending cianjuran terdiri atas kecapi, suling, dan rebab
(kadang-kadang).
e. Kliningan atau Klenengan
Kliningan
adalah suatu permainan musik gamelan yang menggunakan vokal atau
nyanyian. Alat musik kliningan menyerupai gamelan Jawa Tengah. Kliningan selain untuk
mengiringi vokal juga digunakan untuk mengiringi
tari, baik tari klasik maupun tari modern.
f. Gamelan Degung
|
Gamelan Degung |
Degung
adalah seperangkat alat musik atau gamelan yang mempunyai ciri tertentu
dalam warna musiknya. Instrumen yang digunakan pada musik degung, antara lain bonang,
rincik,saron, jenglong, peking, gone, satu
perangkat gendang, suling, kecapi, dan rebab.
Tangga nada yang digunakan adalah tangga nada pentatonis dengan laras pelog dan slendro. Contoh lagu-lagu dari Jawa Barat, antara
lain Bubuy Bulan, Cing Cang Keling, Manuk Dadali, Panon Hideung,
Pileu Leu Yan, dan Tokecang.
7. Musik Nusantara Daerah
Jawa Tengah
Musik
daerah Jawa Tengah berupa gamelan. Alat musik gamelan, terdiri atas bonang
barung, bonang penerus, demung, saron, slenthem, saron penerus, kenong, kethuk
kempyang, kempul, gong (kadang ada siter, suling, rebab, gender barung, gender
penerus, gambang barung, dan gambang penerus), dan kendang. Jenis alat musik
gamelan memiliki fungsi yang berbeda-beda, contohnya kendang. Menurut
fungsinya, kendang dibedakan menjadi kendang kosek, kendang ciblon, kendang
ketipung, dan kendang gede.
Dalam
musik gamelan digunakan tangga nada pentatonis dalam laras pelog dan slendro.
a. Laras pelog adalah tangga nada pentatonis yang
menggunakan nada 1 2
3
4 5 6 7 (dibaca ji ro lu pat mo nem pi). Pemakaian jenis tangga nada ini
biasanya
memberi kesan tenang dan halus.
b. Laras slendro adalah tangga nada pentatonis yang
menggunakan nada 1 2
3
5 6 1 (dibaca ji ro lu mo nem ji). Ciri khas tangga nada ini adalah
jarak
antara nada-nadanya yang selalu lebih besar
daripada nada-nada resmi. Jenis tangga nada ini memberi kesan gembira, ringan,
dan lincah.
Keberadaan
gamelan pada awalnya digunakan untuk mengiringi pergelaran wayang kulit dan
wayang panji. Namun, kini gamelan dipergunakan untuk mengiring bermacam-macam
acara, seperti wayang orang, kethoprak, tari-tarian, klenengan, upacara
sekaten, pernikahan, upacara keagamaan, dan upacara kenegaraan. Gamelan
sebagian besar berupa alat musik perkusi (alat pukul) dari bahan perunggu atau
besi. Para pemainnya disebut niyaga, sedangkan penyanyi nya disebut sinden atau
waranggana. Lagu-lagu yang dimainkan secara umum
disebut gending. Gamelan terdiri atas
a. alat musik idiophone (bonang, gender, demung, saron,
slenthem, kethuk,
kenong, kempul, gong, dan gambang);
b. alat musik membranophone (kendang);
c. alat musik chordophone (siter dan rebab);
d. alat musik aerophone (suling).
Lagu
Jawa Tengah, contohnya Gajah-Gajah,
Suwe Ora Jamu, Jaranan, Lir- Ilir, Pitik Tukung, Gundul Pacul, Menthok-Menthok,
dan Ande-Ande Lumut.
8. Musik Nusantara Daerah
Jawa Timur
Musik
Nusantara daerah Jawa Timur hampir sama dengan musik daerah Jawa Tengah, yaitu
gamelan. Namun, ada pengecualian di suatu daerah, misalnya di daerah Ponorogo
musik daerah berkembang untuk mengiringi reog. Alat musik utamanya adalah
suling, kempul, kendang, dan gong kecil. Irama suling sangat mendominasi
pertunjukan reog tersebut. Di daerah Madura musik gamelan disebut dengan
istilah gamelan sandur. Contoh lagu-lagu dari daerah Jawa
Timur dan Madura, antara lain Jula-Juli, Tanduk Majeng, dan Karaban Sape.
9. Musik Nusatara Daerah
Kalimantan
|
Kledi |
Musik
daerah Kalimantan banyak sekali ragamnya, di antaranya daerah Banjarmasin dan Suku Dayak. Daerah Banjarmasin terdapat orkes
karawitan khas Banjar. Instrumen musiknya terdiri
atas rebab, gender, gambang, dan suling (diagonal). Suku Dayak mempunyai musik yang khas dengan instrumennya sebagai berikut.
a. Suling yang disebut kledi, keruri atau kedire.
b. Kasapi atau
sampek, yaitu semacam lute yang dipetik dengan tubuh dari kayu yang diberi
pahatan yang indah.
c. Gong yang disebut tawak.
d. Gendang (besar dan kecil).
10. Musik Nusantara Daerah
Sulawesi Selatan
Musik
daerah Sulawesi Selatan terdapat dua jenis, yaitu musik Makassar
(Ujung Pandang) dan musik Bugis. Kedua
musik ini lebih memperlihatkan persamaan daripada perbedaannya.
Musik
Makassar disebut gendang bulo, yaitu diambil dari nama gendang tanpa
kulit (membran) yang cara memainkannya dengan cara dipukul-pukulkan pada suatu
benda, sedangkan musik Bugis disebut idiokordo.
Instrumen
lain yang melengkapi kedua jenis musik di atas adalah sebagai berikut.
a. Alat musik tiup yang terdiri atas
puwi-puwi (hobo), basing bugis (suling
kembang), dan basing-basing (klarinet).
b. Gendang dengan nama genderang dan
terbang atau rebana.
c. Keso, yaitu sejenis rebab dengan dua
dawai yang digesek (Makassar).
d. Kecapi (Makassar) atau kacaping
(Bugis).
e. Popandi atau talindo, yaitu musik
dengan satu dawai dengan dipetik.
Saat
ini, penggunaan keso-keso yang bersuara sengau diganti dengan biola yang dibuat
sendiri oleh penduduk, terutama di daerah Sidenreng. Lagu daerah dari Sulawesi Selatan
contohnya Ma Rencong, Ati Raja, Pakarena, dan Anging Mamiri.
11.
Musik Nusantara Daerah Minahasa
Musik
khas daerah ini adalah kolintang. Musik kolintang, yaitu semacam gambang yang
terbuat dari belahan kayu. Alat musik kolintang
terdiri atas melodi, ritme, contra bas, dan bas.
Musik kolintang menggunakan tangga nada diatonis
sehingga lagu-lagunya dapat dibawakan dengan jenis irama yang
dikehendaki. Alat musik lain yang menyertai, biasanya adalah suling, gambus, dan marwas atau
rebana.
12. Musik Nusantara Daerah Sulawesi Utara
Musik
daerah Sulawesi Utara dipengaruhi oleh agama Kristen. Alat-alat
musik yang digunakan terdiri atas garpu
tala bambu, suling bambu (bansi), gendang satu kulit (tegongong), dan salude.
Salude, yaitu semacam siter dengan dua dawai dan arababu (semacam rebab).
Contoh
lagu daerah dari Sulawesi Utara adalah Sipatokaan,
O Inani Keke, Esa Mokan,
dan Tahanusangkara.
13.
Musik Nusantara Daerah Nusa Tenggara
Musik
daerah Nusa Tenggara Barat ini dibagi dua daerah, yaitu daerah Bima dan Suniba.
a. Musik Daerah Bima
Musik
daerah ini terpengaruh oleh musik daerah Jawa. Instrumennya,
antara lain garputala bambu, silu (hobo) muri
(klarinet dari daun), genggong
(jewharp), sarone (suling
bambu memakai ban), dan idiokardo
empat
dawai.
Tangga
nada yang digunakan adalah tangga nada pentatonis. Bahasa
yang digunakan, yaitu bahasa Sumbawa,
Sasak, dan Bima. Contoh lagu
daerah Nusa Tenggara Barat adalah
Orlen-Orlen.
b. Musik Daerah Sumba
Musik
di daerah ini yang khas adalah nyanyian-nyanyian wanita. Alatalat musiknya
tidak ada yang khas, hanya namanya saja yang berubah. Alat musik tersebut,
antara lain jungga (musik tiup), lamba
(gendang satu kulit), katala (gong), dan suling hidung.
Contoh
lagu-lagu Nusa Tenggara Timur adalah Anak
Kambing Saya,
Potong Bebek, Desaku, Jangen,
Macepet-Cepatan, Nuusak Asik, dan
Meyong- Meyong. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Sumba, Flores, Timor, dan Belu.
14. Musik Nusantara Daerah Maluku
Di
Maluku, alat musik yang asli banyak yang hilang. Instrumen musik di
seluruh Maluku hampir sama, antara lain
sebagai berikut.
a. Gong (didatangkan dari Jawa).
b. Arababu (rebab)
dengan resonator dari tempurung.
c. Idiokordo yang
disebut tatabuhan.
d. Korno (alat
musik tiup) yang terbuat dari siput dan disebut fuk-fuk.
e. Bermacam-macam gendang disebut tifa.
Untuk
daerah Islam, seperti Halmahera, Bacan, Ternate, dan Tidore dengan sendirinya
memiliki alat-alat musik Islam, seperti gambus, rebana, bangsil (suling), dan sulepe. Sulepe merupakan alat musik yang sumber
bunyinya dari tali, tetapi resonatornya terbuat dari tempurung.
Di
daerah Ambon memiliki kasilepan, yakni semacam gambang dari kayu yang
terdiri atas 10 – 16 bilahan yang disebut tetabuhan kayu dan memiliki bonang yang
disebut gong sembilan atau gong dua belas. Musik paling khas adalah orkes suling
bambu dengan ambitus (luas suara) dari suara bas sampai sopran.
15. Musik Nusantara Daerah Papua
Musik
daerah Papua merupakan musik yang mendapat pengaruh dari Maluku. Instrumennya
tidak begitu banyak, hanya satu yang menarik, yaitu genderang yang dihiasi
pahatan dengan pewarnaan artistik dan kulitnya dari kulit biawak. Alat-alat
musik, seperti rebana, rebab, tifa, dan gong merupakan alat musik dari daerah
Maluku.
Alat
musik lain yang ada di Papua merupakan alat musik yang digunakan untuk
keperluan praktis, misalnya sekakas. Sekakas digunakan untuk menarik ikan-ikan
hiu dalam suatu perburuan di laut.
Contoh
lagu-lagu yang berasal dari Papua adalah Apuse
dan Yamko Rambe Yamko.
Beberapa
musik Nusantara di atas mempunyai fungsi yang beraneka ragam dalam kehidupan
masyarakat. Fungsi musik Nusantara tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Musik untuk mengiringi tarian.
Misalnya, musik gamelan Jawa, Sunda, dan Bali.
2. Musik untuk mengiringi wayang kulit,
kethoprak, wayang orang, ludruk, dan reog. Misalnya, gamelan Jawa dan
Bali.
3. Musik untuk mengiringi drama yang
diatur oleh dalang. Misalnya, tarling.
4. Musik untuk memeriahkan pesta menuai
padi di sawah, mengarak pawai padi, dan untuk mengiringi upacara adat
di daerah Sunda. Misalnya, musik angklung.
5. Musik untuk ritual menghibur Dewi Sri
(dewi padi). Misalnya, musik calung.
6. Musik untuk sarana upacara peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw., pernikahan, khitanan, dan kenduri.
Misalnya, musik rebana.
7. Musik untuk mengarak pengantin dan
mencari nafkah. Misalnya, tanjidor.
Masih
banyak lagi fungsi musik Nusantara, yang belakangan ini untuk pertunjukan atau hiburan.